efek, serba dadakan!


hwaaalah, sepertinya tagline blog saya, terinternalisasi langsung ke diri saya. hari ini berasa serba dadakan. dimulai dengan mengajar ‘kumpul bocah juara’ yang dadakan, dan juga menetapkan agenda pertemuan kepada alumni-alumni akhwat dadakan. cerita dulu yaa..

#dadakan 1 :

Tadi pagi di kantor, secara singkat dikasih tahu kalau hari ini ada KBJ (Kumpul Bocah Juara), whats? RPP nya aja belum dibuat, mau diapaan tuh anak-anak. hmmm… oke dadakan! bikin ini dan itu, bergerak-gerak ini dan itu.. ah, bosen banget.. kasian anak-anaknya. akhirnya saya ambil kertas A4 putih dan crayon.. AHA! jadilah menggambar dan mewarnai spongebob.. 🙂

tau nggak efek dadakan tadi –> ada satu anak yang hilang. deg! berasa mau copot neh jantung (lebay!). seluruh pegawai keluar semua, bertebaran semuanya ke jalanan.. ada yang lari, ada menggunakan motor.. dan saya termasuk yang berjalan cepat. nanya-nanya pak satpam, supir angkot yang lewat, bahkan ke warga di daerah pemukimam.

teman kantor bilang : “ian, pulang dulu yuk ke kantor, kita shalat sunnah 2 rakaat. biar hati-hati kita tenang”. subhanallah.. diantara kepanikan itu ada teman yang mengingatkan bahwa hati kita harus senantiasa terhubung pada Rabb yang Maha Pemberi. Yaa, shalat hajat.. memohon agar segera ditemukan anak tersebut.

tak lama kemudian, tiba-tiba ada kabar sudah ketemu, alhamdulillah 🙂 saya percepat langkah saya menuju orang yang berbicara. tak saya temukan anak itu, oh.. ternyata ada di tetangga bapak tersebut.

Hwaaaa, pas nyampe kantor.. anak tersebut saya peluk-peluk.. “nak, kamu bikin bunda guru khawatir”, dia mencium tanganku lembut.

 

#dadakan 2 :

setelah ditelepon oleh ustadz, langsung saja saya menelpon seorang adik akhwat, mengobrol ini dan itu lalu tiba-tiba saja saya bilang : oke kita buat pertemuan kamis sore, dan undang seluruh alumni akhwat yang mau berkontribusi.” gleg! aduh dian.. kamu ini suka banget bikin agenda-agenda dadakan.. semua konsep sudah ada dikepala, sayang banget kalo nggak buru-buru direalisasikan, saya sangat khawatir dengan penyakit lupa saya yang rada -akut- yang kapan saja bisa kumat. nadzubillah!

 

selasa yang serba dadakan, saya memohon banyak petunjuk dari Allah, agar tetap bisa mengambil hikmah dari tiap kejadian yang saya alami. bukan hanya untuk saya, namun untuk kesempatan dalam ke-istiqomah-an dalam jalan yang baik dan benar 🙂

Gerak dong, ian!


Lagi asyik-asyiknya didepan laptop sambil mengerjakan beberapa tugas. Eh, tiba-tiba ada yang menelpon.. “siapakah ini, tak saya kenal sepertinya nomor yang muncul di hp saya”, pikir saya tanpa berbicara.

Oh, ternyata seorang ustadz, kaget saya.. tapi akhirnya saya bisa berbicara asyik dengan beliau, aduh.. di tampar-tampar saya.. maksudnya diingatkan tentang amanah yang sedang saya pegang saat ini.

malu, jelas! tapi beliau seperti ayah yang sedang mengarahkan anaknya. saya memang butuh pengarahan yang jelas, coz saya suka nggak jelas *apasih!

saya teringat dengan nasihat :

“amanah terembankan pada pundak yang semakin lemah. Bukan sebuah keluhan, keputusasaan, terlebih surut kebelakang. Ini adalah awal pertempuran, awal pembuktian siapa diantara kita yang beriman. Wahai diri sambutlah seruan-Nya!!! Orang-orang besar terlahir karena beban perjuangan bukan menghindar dari peperangan” (ust. Rahmat Abdullah)

huft.. pengen mewek jadinya saya. baru saja dibenturkan dengan pekerjaan, udah goyah dalam pengelolaan amanah, bagaimana nanti jika sudah menikah, punya anak, dll.. haruskah saya se-manja ini? oh my.. betapa saya harus banyak belajar lagi.. tentang konsistensi. Gerakan saya tak teratur, kadang lambat kadang cepat.. belum punya irama yang tepat yang bisa membuat gerakan saya teratur.

Pengen bergerak.. bergerak.. bergerak.. dan cepat! saya tidak ingin ketinggalan lagi.. walaupun harus dari 0.. jika optimal, maka perlahan akan mendekati nilai 100, insyaAllah..

dan beliau pun berpesan :

ian, jadi orang baru itu butuh pendekatan terus-menerus. pegang binaan disana. dengarkan segala curahan mereka. dan kesimpulannya, lakukan hal-hal yang dapat membantu mereka.

hwaaaa,,, kayak ditimpa duren, “ian..ian.. lo tuh terlalu besar di ego untuk mengakui, lo tuh orang baru.. dan lo nggak bisa melakukan perubahan secara frontal tanpa adanya komunikasi dengan objek yang akan dirubah”